Tema:
Inilah Saya Bagi Keluarga
BERJALAN
DALAM KETERBATASAN
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah
setinggi langit! Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara
bintang-bintang.”
Kutipan diatas berasal dari tokoh besar bangsa ini, bapak
presiden pertama Republik Indonesia yaitu Bung Karno, Seorang proklamator yang
terkenal dengan pidatonya yang selalu menggugah semangat perjuangan, semangat
cinta tanah air, semangat untuk menjaga keutuhan negeri ini. Kata-kata
itu pula yang selalu di ucapkan almarhumah Mama kepada anak sulungnya ini.
Namaku Ahmad Fadhillah Ramadhan, seorang anak laki-laki
pertama dari empat bersaudara yang lahir pada tanggal 22 Januari 1997. Saat ini
aku tinggal di kampung cibitung suatu daerah di padurenan Kota Bekasi. Aku
memiliki tiga orang adik yang saat ini sudah bersekolah, adik pertamaku bernama
Dwi Kangjeng yang kini menginjak kelas XII SMK, adikku yang kedua bernama
Muhammad Ibrahim Genta Buana yang saat ini duduk di kelas VIII SMP, dan adikku
yang terakhir bernama Abdi Muhammad Shalihin yang sudah kelas V SD. Kami
tinggal bersama ayah sejak mama meninggal sekitar 2 bulan yang lalu, tepatnya
pada tanggal 15 Juli 2016. Di mata keluarga aku adalah harapan yang kelak dapat
mengangkat derajat keluarga dan menjadi contoh yang baik bagi adik-adikku.
Sejak kecil aku sudah terbiasa
hidup sederhana, ayahku tidak memiliki pekerjaan yang pasti. Ayah selalu
berganti-ganti profesi demi menghidupi kami anak-anaknya. Sebelumnya ayahku
pernah menjadi pedagang asongan di pinggir jalan bersama alm. Mama, seingatku
mereka juga pernah menjual sepatu di pinggir jalan dan sering kali mereka
menjajakan dagangannya di depan pabrik atau di depan stasiun kereta, bahkan
demi menambah penghasilan ayah juga menjadi tukang pijat urut reflexy. Sekarang
ayah bekerja di salon kecil menjadi seorang hair stylist dengan upah yang jauh
di bawah UMR. Meskipun demikian aku sangat bangga kepada kedua orang tuaku yang
sudah bekerja keras demi menghidupi kami dan bersusah payah membiayai kami
sekolah, bahkan saat ini aku adalah Mahasiswa Semester 3 Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Jakarta dan sampai saat ini ayah masih berjuang demi
membiayai kehidupan dan biaya sekolah anak-anaknya meski tanpa mama.
Ini adalah cerita yang tidak akan
pernah kulupakan seumur hidupku, Ketika aku masih belajar di Sekolah Dasar (SD)
aku merasa tidak seperti anak yang lainnya, jika aku lihat teman-temanku
kebanyakan dari mereka dapat dengan mudah bersekolah, semuanya di fasilitasi
oleh orang tua mereka, tidak seperti aku yang harus memiliki keinginan yang
kuat untuk dapat tetap melanjutkan sekolah. Keluargaku selalu berpindah-pindah
rumah, hampir setahun sekali kami pindah rumah, pernah juga hanya sebulan kami
tinggal di suatu rumah, karena kami hanya mengontrak sebuah rumah kontrakan
kecil. Hal ini yang membuat aku harus bersusah payah untuk sekolah karena jarak
rumah yang terkadang cukup jauh, dan seringkali kedua orang tuaku tidak
memiliki uang untuk sekedar aku naik angkutan umum. Namun, hal ini tidak
menyurutkan semangatku untuk sekolah, bagiku sekolah adalah suatu kewajiban dan
hal yang menyenangkan, tidak heran ketika itu aku sangat bersemangat untuk
belajar di sekolah meskipun harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh
dan tanpa uang jajan. Ketika aku kelas V SD keluargaku pindah ke daerah
padurenan dan aku tetap sekolah di SDN Bojong Rawalumbu VIII, jarak rumah
dan sekolahku sangat jauh untuk ukuran anak SD, untuk sampai di sekolah aku
harus naik angkutan umum dua kali. Akhirnya, aku memutuskan untuk membantu
kedua orang tuaku dengan berjualan di sekolah untuk sekedar menambah uang jajan
dan ongkos angkutan umum. Setiap hari aku berangkat lebih pagi dan membawa
agar-agar, bihun, dan snack lainnya ke sekolah. Meskipun untuk sekolah aku harus
bersusah payah namun saat itu aku tidak pernah mengeluh atau merasa malu kepada
teman-teman dan guruku.
Pengalaman adalah guru yang paling
berharga, ketika di Sekolah Dasar (SD) tepatnya di SDN Bojong Rawalumbu VIII,
aku adalah siswa yang berprestasi dalam hal akademik mampun non-akademik. Aku
adalah juara di kelas, dan aku selalu mendapat rangking 3 besar dikelas, bahkan
aku juga aktif mewakili sekolahku dalam perlombaan futsal antar SD di
Kota Bekasi, dan sering kali aku mewakili sekolah mengikuti acara Pramuka yang
di selenggarakan di tingkat kecamatan ataupun Kota Bekasi. Aku juga pernah
mejuarai Olimpiade Matematika dan mewakili kecamatan rawalumbu untuk lomba
Olimpiade selanjutnya. Hal itu yang membuat guru-guruku bangga kepadaku,
meskipun dalam keterbatasan aku mampu melewati dan menjalaninya dengan baik.
Ketika aku berhasil menjuarai Olimpiade matematika, ada orang tua murid yang
memintaku untuk mengajari anaknya matematika, Irfan namanya. Irfan adalah teman
sekelasku, dan ketika pulang sekolah, terkadang aku kerumah irfan dan belajar
matematika bersama, disana aku merasa senang karena dapat berbagi ilmu, apalagi
matematika. Ketika aku hendak pamit pulang, ibu irfan selalu memberi aku uang
Rp. 2.000 yang saat itu cukup untuk ongkos angkutan umum yang tarifnya masih Rp.
1.000, pas karena aku harus naik angkutan umum dua kali.
Hari demi hari berlalu, aku merasa
sangat nyaman dengan sekolah dan kehidupanku saat itu, namun kedua orang
tuaku memutuskan untuk memindahkan aku sekolah dengan jarak yang lebih
dekat dari rumah. Ketika kelas VI SD aku pindah ke SDN Padurenan IV, Meskipun
aku siswa pindahan dan hanya belajar 2 semester disana, aku sering menjadi
pemimpin upacara bendera ketika hari senin. Aku juga selalu mendapat ranking 1 dan
prestasiku tidak berhenti disana, bahkan aku lulus dengan nilai UN terbaik
se-kecamatan Mustika Jaya dengan nilai 27,00 dari 3 mata pelajaran yaitu
Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Memasuki masa SMP, aku sekolah di
SMPN 10 Bekasi yang letaknya hanya 100 meter dari rumah, sekolahku juga
termasuk SMP Favorit di daerah tempat tinggalku. Ketika aku SMP, kehidupan
keluargaku bisa dibilang lebih baik dibandingkan ketika aku Sekolah Dasar,
Karena Alm. Mama membantu ayah mencari nafkah dengan berjulan pempek di kantin
SMPN 10 Bekasi tempat aku belajar. Setiap hari ketika aku istirahat aku selalu
membantu mama di kantin dan seiring waktu ekonomi keluargaku mulai membaik
karena ayah bekerja dan alm. Mama berjualan di kantin. Saat itu aku dan
adik-adikku juga tidak membutuhkan banyak biaya, karena Pemerintah Bekasi
menyelenggarakan pendidikan gratis, kedua orang tuaku sangat terbantu dengan
kebijakan pemerintah Wajib Belajar 9 tahun saat itu.
Aku juga pernah tinggal di sebuah
Yayasan Yatim Piatu dan Dhuafa Ar-raihan di padurenan, cerita ini berawal dari
teman sekelasku yang tinggal yayasan tersebut, dayat namanya. Dayat mengatakan
bahwa di Yayasan itu kita diajarkan lebih mengenal tentang Islam, sebuah
pesantren khusus anak yatim piatu dan kaum dhuafa ini tidak di pungut biaya sama
sekali dan kita tetap dapat sekolah diluar, hanya saja kita tinggal disana.
Semua Keperluan kita juga di penuhi, mulai dari peralatan sekolah sampai uang
jajan. Aku tertarik dengan cerita dayat dan mengutarakan niatku untuk lebih
mengenal tentang Islam disana. Disana aku belajar disiplin dan mandiri, mulai
dari bangun jam 4 pagi dan melaksanakan shalat tahajud, Makan, mencuci baju dan
lainnya harus di kerjakan sendiri. Meskipun aku tinggal di yayasan tersebut aku
tetap sekolah di SMPN 10 Bekasi dan tetap membantu mama di kantin. Aku tinggal
di Yayasan hanya setahun, ketika kelas IX aku kembali tinggal dengan kedua
orang tuaku.
Aku bukanlah manusia yang
sempurna, aku juga pernah merasa terpuruk saat SMP, lebih tepatnya perasaan
minder dan malu kepada teman-teman di sekolah karena aku selalu membantu alm.
Mama di kantin, Namun semua perasaan seperti itu aku buang jauh-jauh dan tetap
menjalani kehidupan dan lebih fokus pada prestasiku di sekolah meskipun banyak
cacian dan hinaan yang teman-teman sekolahku katakan, Aku tetap berdiri tegar.
Meskipun demikian aku sangat bersyukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
aku kedua orang tua yang hebat dalam segala hal, terutama alm. Mama, beliau
adalah orang yang memiliki wawasan yang sangat luas, alm. Mama adalah seorang
motivator dalam kehidupanku yang selalu mendorongku untuk terus berprestasi
tidak hanya di bidang akademik namun juga non-akademik, karena itulah tidak ada
kata-kata di dunia ini yang sanggup menuliskan betapa berharganya beliau
bagiku, jasa dan semua ilmu yang beliau ajarkan tidak akan pernah aku dapatkan
dimana pun meski di sebuah perguruan tinggi ternama sekalipun. Alm. Mama adalah
orang tua yang bisa di jadikan teman curhat, tempatku berkeluh kesah dan setiap
ada masalah pasti aku ceritakan kepada beliau dan mama selalu memberikan solusi
yang terbaik, dan mama lah yang membuat aku bisa berjalan menjalani kehidupan
ini tanpa rasa mengeluh. Kata-kata beliau yang selalu memotivasiku untuk
mengejar cita-citaku meskipun dalam keterbatasan yang aku miliki, Beliau adalah
guru besar dalam hidupku, bahkan sampai di akhir hayatnya beliau masih bangga
kepadaku yang selalu berprestasi dan memintaku untuk tetap melanjutkan
pendidikan di Politeknik Negeri Jakarta.
Ketika di SMPN 10 Bekasi aku
termasuk siswa yang berprestasi, aku selalu mendapat ranking 3 besar di kelas,
bahkan saat kelas VIII semester 2 aku menjadi Juara Umum di SMPN 10 Bekasi.
Selain dalam hal akademik, aku juga siswa yang aktif berorganisasi, aku
pernah menjabat menjadi Wakil Ketua Osis SMPN 10 masa kepengurusan
2010-2011. Prestasiku tidak berhenti disana, aku juga menjadi 10 Lulusan terbaik
di sekolah dengan nilai UN 34,15 dari empat mata pelajaran yakni, Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lantas hal itu
membuat aku dapat memilih ingin melanjutkan di SMA/SMK favorit di Kota Bekasi.
Aku melanjutkan pendidikan-ku di
SMKN 3 Kota Bekasi dan mengambil Jurusan Akuntansi. Ketika di SMKN 3 Bekasi,
aku termasuk siswa yang sering mewakili sekolahku dalam perlombaan pencak silat
antar SMA/SMK karena memang aku memilih pencak silat sebagai ekstrakurikuler.
Nama Perguruan Pencat silat ku adalah Satria Muda Indonesia yang
didirikan oleh Bapak Prabowo Subianto, Saat itu aku tergolong kelas B dengan
berat 48-51 kg. Selain Aktif di Pencak Silat aku juga membantu orang tuaku
mengirim pempek ke warung-warung atau rumah yang ingin menjual pempek kami,
dengan menggunakan box aku mengirim pempek buatan orang tuaku. Sering kali aku
kesekolah membawa box-box yang berisi pempek sisa karena memang sebelum sekolah
aku lebih dulu mengantar pempek. Semua itu kulakukan untuk membantu kedua orang
tuaku karena bayaran sekolahku terbilang cukup mahal saat itu yang mencapai Rp.
250.000 perbulan.
Aku percaya bahwa Allah S.W.T
tidak akan membebani umatnya melebihi batas kemampuannya, dan hal itu pula yang
membuatku tidak pernah merasa semua yang aku lakukan adalah beban, aku
menjalaninya dengan penuh keikhlasan, karena aku yakin hidup itu seperti
sebuah drama, kita manusia sebagai aktornya yang harus memerankan apa rencana
yang sudah di takdirkan. Untuk menjadi seorang aktor terbaik kita harus
bermain total, begitu pula dalam menjalani kehidupan. Aku percaya bahwa suatu
hari nanti Allah S.W.T akan memberikan kehidupan yang lebih baik sebanding
dengan perjuangku selama ini, dan aku yakin bahwa pertolongan itu akan datang
kepada siapa pun yang tetap ikhtiar.
Semua Perjuanganku belajar di SMKN
3 Kota Bekasi akhirnya membuahkan hasil, Saat itu aku selalu mendapat ranking 3
besar dan pada tahun 2015 aku menjadi 3 lulusan terbaik SMKN 3 Kota Bekasi
dengan nilai UN 34,98 dari empat mata pelajaran yakni Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, dan Akuntansi. Aku juga mendapat kabar gembira, aku
mendapat undangan dari Politeknik Negeri Jakarta di Jurusan Akuntansi, Prodi D3
Akuntansi melalui jalur PMDK-PN atau biasa dikenal dengan Seleksi Nilai Raport.
Kedua orang tuaku juga ikut merasakan bahagia dan bangga mendengar kabar
tersebut namun hal itu tidak berlangsung lama karena kami juga mendapat kabar
buruk yakni Alm. Mama di nyatakan positif terkena kanker payudara. Bagai
disambar petir aku mendengar apa yang di katakan dokter dan aku sangat sedih
mendengar kabar tersebut. Hal itu yang membuat aku sempat mengurungkan niat
untuk tidak melanjutkan kuliah dan ingin bekerja saja. Namun, Alm. Mama yang
memotivasi-ku untuk tetap melanjutkan pendidikan, harapan itu yang membuatku
kembali semangat dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan-ku di Politeknik
Negeri Jakarta.
Di kampus aku bukanlah seorang
Mahasiswa biasa yang hanya mementingkan akademik, aku termasuk mahasiswa yang
aktif dikelas maupun di luar kelas. Dikelas aku adalah seorang ketua kelas, dan
diluar kelas aku tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJA)
departemen Sosial dan Politik atau biasa di kenal dengan (SOSPOL). Ketika aku
masih menjadi Mahasiswa Baru (MABA) tepatnya ketika semester 1, aku di percaya
menjadi Project Officer dalam sebuah acara Pelatihan Tugas Akhir dan
Skripsi 2015 (PENTAS 2015). Aku juga pernah menjadi staff logistik
dalam sebuah acara Akuntansi Peduli 2016 (APEL 2016) , dan juga menjadi Koordinator
Humas Publikasi, dan Dekorasi dalam acara Akuntansi Peduli dan
Beraspirasi 2016 (APASI 2016). Meskipun aku termasuk mahasiswa yang
aktif berorganisasi, aku juga berprestasi dalam hal akademik, terbukti dengan
Indeks Prestasiku yang mencapai 3,62 saat semester 1, dan 3,92 saat semester 2. Saat
ini aku adalah Mahasiswa Semester 3 Jurusan Akuntansi, Prodi D3 Akuntansi
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) yang akan terus berprestasi selama kuliah
di PNJ, demi membanggakan kedua orang tuaku, dan motivasiku saat ini adalah
menjadi lulusan terbaik di PNJ. Aku berharap bisa mendapatkan Beasiswa Bazma
Pertamina 2016 guna membantuku meraih cita-citaku. Suatu hari nanti aku ingin berbagi
dengan teman-teman yang kurang beruntung, aku ingin membuka sekolah dari
SD,SMP,SMA/SMK atau mungkin Perguruan Tinggi yang bila ada Siswa/Mahasiswanya
yang tidak mampu aku dapat memberikan beasiswa kepada siapapun yang berprestasi
demi meraih cita-cita mereka.
“Hidup memang penuh perjuangan,
namun hanya ada dua pilihan dalam menjalani kehidupan ini. Pasrah dengan
keadaan dan menunggu keajaiban, atau berjuang dan terus berjalan meski dalam
keterbatasan.” ~ Ahmad
Fadhillah Ramadhan
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.